Potensi Bahaya Kerja Kategori A

Potensi Bahaya Kerja Kategori A – Potensi bahaya kerja merujuk pada segala kemungkinan kejadian atau kondisi di tempat kerja. Di mana dalam potensi bahaya pada tempat kerja dapat menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan para pekerja.

Pengenalan potensi bahaya kerja merupakan langkah penting dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di suatu organisasi. Potensi bahaya dapat bervariasi tergantung pada jenis industri, pekerjaan, dan lingkungan kerja.

Potensi bahaya pada tempat kerja terbagai atas beberapa kategori, salah satunya adalah kategori A. Kategori A pada bahaya yang terdapat pada tempat kerja meliputi bahaya kimia, biologi, fisik, ergonomis, dan lingkungan.

Di bawah ini penjelasan mengenai potensi bahaya kategori A:

Baca juga: Potensi Bahaya Pada Tempat Kerja

Bahaya Faktor Dari Kimia 

Potensi bahaya kerja faktor kimia merujuk pada potensi risiko atau bahaya yang di sebabkan oleh paparan zat-zat kimia di lingkungan kerja. Faktor kimia ini dapat berasal dari berbagai jenis senyawa atau zat kimia. Terutama  senyawa atau zat kimia yang di gunakan atau di hasilkan dalam proses kerja. Oleh karena itu, potensi bahaya kerja ini tergolong pada kategori A.

Bahaya faktor kimia dapat timbul dari berbagai cara, seperti inhalasi uap atau debu, kontak kulit, atau konsumsi zat kimia tertentu. Penting untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan bahaya faktor kimia guna melindungi kesehatan pekerja. Beberapa contoh bahaya faktor kimia meliputi:

  1. Gas Beracun: Gas beracun seperti karbon monoksida (CO), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dan gas lainnya. Yang dapat atau mampu membahayakan pekerja jika terpapar dalam konsentrasi tinggi.
  2. Debu dan Partikel: Partikel-partikel debu atau serbuk dari bahan-bahan tertentu, seperti asbes, silika, atau logam berat. Dapat menyebabkan masalah kesehatan pernapasan atau gangguan pada organ dalam tubuh jika terhirup atau masuk ke dalam tubuh.
  3. Cairan Beracun: Cairan kimia yang beracun atau korosif, seperti asam, basa, pelarut organik, atau bahan kimia berbahaya lainnya. Yang dapat menyebabkan luka bakar, iritasi kulit, atau masalah kesehatan serius jika terkena kulit atau mata.
  4. Zat Karsinogenik: Zat karsinogenik adalah zat kimia yang dapat meningkatkan risiko kanker pada pekerja yang terpapar. Contoh zat ini termasuk beberapa jenis bahan kimia organik dan anorganik.
  5. Bahan Kimia Toksik: Bahan kimia toksik dapat menyebabkan kerusakan pada organ tertentu. Serta mampu menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh jika terpapar dalam jumlah yang cukup. Ini dapat mencakup pestisida, logam berat, atau senyawa kimia organik tertentu.
  6. Reaktivitas Kimia: Beberapa bahan kimia dapat menjadi reaktif dan menyebabkan kejadian-kejadian yang tidak di inginkan. Salah satunya pelepasan gas beracun atau perubahan fisik yang mendadak.
Baca Juga :  Tegangan Dan Arus Pengelasan Parameter Pengelasan

Baca juga: Apa Itu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Hidup (K3LH)?

Bahaya Faktor Dari Biologi

Bahaya faktor biologi merujuk pada potensi risiko atau bahaya yang di sebabkan oleh mikroorganisme atau bahan biologis di lingkungan kerja. Mikroorganisme ini dapat mencakup bakteri, virus, jamur, atau parasit yang dapat menyebabkan infeksi atau penyakit pada pekerja yang terpapar.

Pemahaman dan manajemen bahaya faktor biologi penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja. Beberapa contoh bahaya faktor biologi meliputi:

  1. Bakteri dan Virus: Paparan terhadap bakteri atau virus tertentu dapat menyebabkan infeksi atau penyakit menular. Contoh termasuk flu, hepatitis, atau infeksi kulit.
  2. Jamur: Jamur yang tumbuh di lingkungan kerja tertentu dapat menjadi yang berbahaya. Jika spora atau partikel jamur terhirup atau masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit.
  3. Parasit: Paparan terhadap parasit tertentu dapat menyebabkan penyakit parasitik. Beberapa contoh melibatkan parasit yang dapat di tularkan melalui gigitan serangga atau kontak dengan air yang terkontaminasi.
  4. Bahan Biologis: Bahan biologis seperti darah, jaringan tubuh, cairan tubuh, dan sampel laboratorium. Dapat menyebabkannya risiko infeksi jika tidak di tangani dengan benar.
  5. Alergen Biologis: Beberapa pekerja mungkin mengalami alergi terhadap protein-protein tertentu yang terdapat dalam bahan biologis, menyebabkan reaksi alergi.
Baca Juga :  Dasar-dasar Perbaikan Otomotif

Manajemen bahaya faktor biologi melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Identifikasi dan Evaluasi Risiko: Identifikasi jenis mikroorganisme atau bahan biologis yang dapat menyebabkan risiko dan evaluasi tingkat risiko yang terkait.
  2. Pencegahan Penyebaran Infeksi: Penerapan langkah-langkah pencegahan infeksi, seperti mencuci tangan, menggunakan peralatan pelindung diri (PPE) yang sesuai, dan tata cara kerja yang aman.
  3. Vaksinasi: Memberikan vaksinasi kepada pekerja yang berisiko tinggi terpapar mikroorganisme tertentu.
  4. Pengelolaan Sampah Biologis: Penanganan dan pembuangan yang benar terhadap sampah biologis untuk mencegah penyebaran kontaminasi.
  5. Pelatihan Pekerja: Memberikan pelatihan kepada pekerja tentang bahaya faktor biologi, penggunaan PPE, dan tata cara kerja yang aman.
  6. Pemantauan Kesehatan Pekerja: Pemantauan kesehatan rutin untuk mendeteksi dini tanda-tanda penyakit atau infeksi.

Bahaya Faktor Dari Fisik

Bahaya faktor fisik merujuk pada potensi risiko atau bahaya yang timbul dari kondisi fisik di lingkungan kerja yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan keselamatan pekerja.

Faktor-faktor fisik ini melibatkan berbagai aspek lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi tubuh secara langsung atau menyebabkan kondisi yang dapat menyebabkan cedera atau masalah kesehatan. Berikut adalah beberapa contoh bahaya faktor fisik:

  1. Suhu Ekstrem: Paparan terhadap suhu tinggi atau rendah yang ekstrem dapat menyebabkan stres panas atau kedinginan, serta risiko penyakit terkait suhu seperti heatstroke atau hypothermia.
  2. Kebisingan: Paparan kebisingan berlebihan dapat menyebabkan gangguan pendengaran, stres, gangguan tidur, dan dapat berkontribusi pada kecelakaan kerja karena pengurangan kesadaran.
  3. Radiasi: Paparan radiasi ionisasi atau non-ionisasi, seperti radiasi sinar-X, ultraviolet (UV), atau radiasi mikrowave, dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan peningkatan risiko kanker.
  4. Getaran: Pekerja yang terpapar getaran, seperti yang di hasilkan oleh mesin berat atau alat bergetar, dapat mengalami gangguan sirkulasi, kerusakan saraf, dan masalah kesehatan lainnya.
  5. Pencahayaan yang Kurang atau Berlebihan: Pencahayaan yang tidak memadai atau berlebihan dapat menyebabkan ketegangan mata, kelelahan, dan gangguan penglihatan.
  6. Tekanan Barometrik: Pekerja yang bekerja di tempat dengan tekanan atmosfer yang tinggi atau rendah, seperti di ketinggian atau dalam lingkungan tertutup, dapat mengalami masalah kesehatan seperti penyakit dekompresi atau hipoksia.
  7. Gaya Gravitasi: Pekerja yang terpapar pada gaya gravitasi yang tinggi, seperti astronot atau pilot, dapat mengalami masalah kesehatan terkait dengan perubahan gravitasi.
  8. Bahaya Ergonomi: Bahaya yang di sebabkan karena ketidak sesuaian desain lingkungan kerja dan tempat berkerja. Misalnya : duduk dengan bentuk kursi yang tidak sesuai dengan tubuh dalam jangka waktu yang lama atau alat kerja yang tidak sesuai dengan tubuh praktikan.
  9. Bahaya Psikologi: Bahaya yang dapat memberikan dampak mental terhadap mental pekerja seperti kekerasan di tempat kerja. Selain itu, bahaya psikologi juga dapat memberikan dampak kelebihan beben kerja, kelelahan, tidak adanya prosedur kerja. Serta adanya kekurangan motivasi dan lain sebagainya sehingga dapat menimbulkan terjadinya stress.